Pengikut

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS


pengertian sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu poengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia ,manusia dengan kelompok  dan kelompok dengan masyarakat ,baik formal maupun  material , baik statis maupun dinamis. pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian desa disini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal. dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsurpenguat yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat.
kesimpulannya bahwa definisi sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu yang mempelajari masalah sosial baik pendidikan, kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang terjadi karena hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompoknya , kelompok dengan kelompok lainnya dan seterusnya.
masyarakat desa adalah suatu kesatuan manusia yang bertempat tinggal di desa dan berinteraksi menurut kepastian ada istiadat tertentuyang bersifat continue .
4 ciri masyarakat desa :
  • interaksi antar masyarakat
  • adat istiadat norma hukum dan aturan khas yang mengatur tingkah laku warga
  • suatu kontinyuitas dalam waktu tertentu
  • suatu identitas yang kuat mengikat semua warga
ciri ciri fisik desa
  • jumlah penduduk tidak lebih dari 1000 orang
  • sebagian besar tanahnya tanah pertanian,kecuali desa nelayan
  • tidak terlalu di sibukan dengan kendaraan roda empat di desa relative dari jalan batu dan tanah
ciri ciri masyarakat desa
  • hubungan warganya sangat erat
  • system kehidupan kelompok berdasarkan system kekeluargaan
  • pada umumnya hidup dari hasil pertanian
  • cara bertani belum mengenal mekanisme pertanian
  • golongan orang tua memegang peranan penting karena itu sukar mengadakan perubahan perubahan yang nyata pada umumnya golongan tua di golongkan pada tradisi yang kuat mereka ini di sebut pimpinan formal
  • system pengendali sosial sangat kuat sehingga perkembangan jiwa individu sangat sukar di kembangkan
  • rasa persaudaraan yang sangat kuat sekali anatara warganya saling mengenal dan saling menolong
tapi di era globalisasi sekarang ini ciri ciri tersebut sudah banyak yang mengalami perubahan dan dalam sosiologi tidak pernah mengenal kata mutlak. dalam pelaksanaannya kita harus memperhatikan  peraturan di desa tersebut lakukan semata mata  menghormati adat istiadat yang telah ada dan kita dapat di terima sebagai warganya. sosiologi akan terasa apabila kita sudah terjun langsung kedesa dan berada di lingkungan pedesaan. bagaimana sebenernya menjadi orang desa akan kita rasakan dan bias kita resapi denganbaik jika kita telah mengalami sendiri kesederhanaan yang mereka memiliki patut menjadi teladan bagi kita.
Dibuat 17 feb 2010  http://dinamik.ukm.ums.ac.id/?cat=1
Dinamik (gag ada nama orang yang buat tapi organisasi)diunduh 31 desember

Sosiologi Pedesaan
  • by mudjahirin
  • on 03.05.09
SOSIOLOGI PEDESAAN
MASYARAKAT JAWA PESISIRAN
Oleh Mudjahirin Thohir
1. Pendahuluan
Pada dasarnya, manusia, dalam batas-batas tertentu, memiliki kepribadian, gaya hidup, dan kecenderungan-kecenderungan yang (a) sama dengan manusia lain; (b) sama dengan sebagian manusia lain; dan (c) tidak sama dengan manusia lain. Bagaimana ketiga kemungkinan itu bisa dijelaskan berdasarkan pada perspektif antropologis? Demikian pula, bagaimana karakteristik masyarakat Jawa Pesisiran, apakah mereka memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan masyarakat Jawa yang berada dalam wilayah (sosialisasi) Negarigung dan Mancanegari? Jika memang menunjukkan perbedaan-perbedaan, maka pada masalah-masalah apa perbedaan itu bisa dilihat, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan perbedaan itu ada? Kemudian ketika kita sudah bisa menandai corak dari masyarakat Jawa Pesisiran itu, maka bagaimana kita bisa mendekati mereka secara pas sehingga sasaran untuk dapat memberdayakan potensi mereka dapat berjalan dengan baik?
Dalam tulisan ini akan dibicarakan masalah tipologi masyarakat Jawa dan kebudayaannya, khususnya masyarakat Jawa Pesisiran.

2. Tipologi Masyarakat Jawa
Dilihat dari dekat jauhnya dari pusat-pusat pemerintahan administratif, masyarakat Jawa bisa dibedakan ke dalam dua jenis yaitu (a) mereka yang tinggal di perkotaan dan, (b) yang tinggal di pedesaan. Penduduk perkotaan adalah mereka yang tinggal di pusat-pusat kota propinsi, kota madya, dan kabupaten. Dewasa ini penduduk yang tinggal di pusat kota kecil di Jawa seperti kawedanan dan kecamatan pun sudah bisa dikategorikan sebagai orang-orang kota. Masalahnya prasarana dan sarana perkotaan sudah mulai tersedia di daerah pusat-pusat kawedanan dan atau kecamatan, kendati dalam skala yang lebih kecil dan terbatas. Salah satu ciri dari perkotaan – dalam unit yang paling kecil – warganya dipimpin oleh seorang lurah bukan kepala desa. Ini berarti, desa-desa yang tersebar dan yang masih dipimpin oleh kepala desa masuk dalam kategori penduduk pedesaan. Namun demikian, ada juga desa-desa yang berdekatan dengan perkotaan, termasuk penduduk yang ada di dalamnya, yang sudah mulai bisa memanfaatkan fasilitas dan bahkan bergaya hidup orang kota.
Warga kota ataupun warga desa, keduanya tinggal secara menyebar dalam lingkungan yang berbeda. Lingkungan hidup mereka, adakalanya berupa (a) pegunungan, (b) dataran, dan (c) pantai. Istilah pantai di sini lebih mengacu kepada “laut”. Jadi, masyarakat pantai adalah masyarakat yang tinggal di kawasan yang relatif dekat dengan laut. Tetapi kalau tinjauannya pada wilayah kebudayaan Jawa dari masa lalunya yaitu pada masa kerajaan Mataram , maka masyarakat Jawa di sini dapat dibedakan ke dalam tiga tipe wilayah kebudayaan, yaitu (a) negarigung, (b) mencanegari, dan (c) pasisiran.
Daerah Negarigung yaitu daerah di seputar kota Solo dan Yogyakarta. Masyarakat di kedua daerah itu disebut “tiyang negari” (orang negeri). Kebudayaan yang dahulunya berakar dari keraton. Oleh karena berakar dari keraton, maka peradabannya masuk pada ketegori peradaban besar. Ciri dari peradaban ini ialah: mengutamakan kehalusan (baik bahasa, tingkah laku, maupun kesenian). Pandangan-pandangan keagamaannya (dahulunya) cenderung sinkretik (bandingkan pada Geertz, 1984, Koentjaraningrat, 1984).
Daerah Mancanegari adalah suatu sebutan untuk daerah-daerah di luar kota Solo dan Yogyakarta. Masyarakat yang hidup dalam peradaban ini disebut sebagai “tiyang pinggiran” (orang pinggiran). Daerah Mancanegari ini merupakan daerah pinggiran dari kebudayaan yang berkembang di kerajaan Jawa Mataram pada antara abad ke-17 hingga abad ke-19. Masyarakat Mancanegari memiliki kemiripan-kemiripan dengan masyarakat Negarigung dalam hal pementingan tutur bahasa dan keseniannya, kendatipun kualitasnya tidak sebaik atau sehalus peradaban kraton. Demikian juga soal pandangan keagamaannya (dahulunya dan mungkin sampai sekarang) ada kecenderungan kepada agama Kejawen.
Daerah Pesisir adalah suatu daerah di sepanjang daerah pantai utara pulau Jawa. Daerah sepanjang pantai utara (pesisiran) pulau Jawa ini dibagi ke dalam dua kategori yaitu Pesisiran Barat dan Pesisiran Timur. Yang pertama, meliputi daerah-daerah: Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Wirodesa, Tegal, dan Brebes. Yang kedua meliputi daerah: Cengkal Sewu, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem, Juwana, Pati, Kudus, dan Jepara (De Graaf, 1949; Schrieke, 1959, dan Ricklefs, 1974. Dikutip dari Hardjowirogo, 1983: 105).
DAERAH PANTAI UTARA JAWA (PESISIRAN) BARAT Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Wirodesa, Tegal, dan Brebes.
TIMUR Cengkal Sewu, Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, Lasem, Juwana, Pati, Kudus, dan Jepara.
Masyarakat Pesisiran menunjukkan beberapa ciri. Sikapnya cenderung lugas, spontan, tutur kata yang digunakan cenderung menggunakan bahasa ngoko. Keseniannya relatif kasar dalam arti tidak rumit, corak keagamaannya cenderung Islam puritan, dan mobilitasnya cukup tinggi. Di samping itu cara hidup orang Jawa Pesisir cenderung boros dan menyukai kemewahan, dan suka pamer. Dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah cenderung tidak suka berbelit-belit. Corak berkehidupan sosialnya cenderung egaliter. Mereka lebih menghormati tokoh-tokoh informal seperti kayi daripada pejabat pemerintah.
Mengapa masyarakat Pesisiran memiliki kecenderungan seperti itu? Ini menjadi tugas kita bersama untuk mendiskusikannya. Penulis bisa mengatakan bahwa sikap lugas dan tidak menyukai cara-cara yang berbelit-belitmisalnya, hal ini karena dipengaruhi oleh lingkungan hunian mereka di kawasan dataran/pantai yang transparan (berbeda dengan lingkungan pegunungan), dan dipengaruhi oleh corak keislaman yang lebih menekankan pada “keterus-terangan”. Demikian juga sikap egaliternya, yakni menyukai hubungan antarmanusia dalam kesejajaran (bukan: atas – bawah). Ada ungkapan “La fadzla li ‘arabiyyin ala ‘ajamiyyin illa bit taqwa”. (Tidak ada kelebihan antara suku Arab dengan suku di luarnya, kecuali oleh ukuran ketaqwaan).
Kalau masyarakat pesisir cenderung boros, ada kaitannya dengan cara mereka memperoleh penghasilan yang sering tidak tetap. Orang yang pergi melaut misalnya, dalam musim ikann mereka dengan mudah akan memperoleh penghasilan berlebih. Pada saat seperti itu, para nelayan, para pemilik empang-empang, dengan mudah bisa membelanjakan pendapatannya dalam jumlah yang cukup besar. Keberanian untuk itu, ada kaitannya pula dengan perasaan ingin pamer. Perasaan ingin pamer itu seringkali tidak dikontrol lagi oleh pendapatan riilnya, tetapi yang penting adalah bisa membeli barang-barang mewah tadi. Oleh karena itu, orang-orang pesisir mudah untuk melakukan transaksi dengan model hutang-piutang (lihat misalnya suasana yang terbentuk pada hari-hari menjelang Hari Raya Idul Fitri).
Berbagai sikap dan cara hidup seperti itu, tentu saja ada sisi negatif dan positifnya. Tugas kita selajutnya adalah bagaimana mengurangi sisi-sisi negatif dan mengembangkan sisi-sisi positifnya.
3. Masyarakat Jawa Pesisir Pedesaan
Dilihat dari jaringan desa-kota, dewasa ini masyarakat Pesisir utara Jawa dapat dibedakan pada penduduk yang tinggal di desa-desa Pesisir, dan penduduk yang tinggal di kota-kota, seperti kota kabupaten. Penduduk yang tinggal di desa-desa, memiliki corak pekerjaan yang beragam, tetapi yang dominan (ternyata, atau menurut data statistik) adalah pertanian sawah semi tradisional sehingga tingkat keberhasilannya masih banyak bergantung pada “derma alam”) sementara itu, minat penduduk Pesisir Jawa terhadap dunia kelautan masih sangat kecil, dan dari jumlah yang sangat kecil itu, umumnya masih berada pada nelayan tradisional, sehingga gambaran mengenai kehidupan umumnya nelayan di Jawa ini masih sangat memprihatinkan (bandingkan pada Mubyarto, dkk. 1984). Yang terjadi kemudian adalah para nelayan masih tetap terpuruk ke dalam kemiskinan, dan sebagian dari para petani sawah (apalagi yang buruh tani) mulai kehilangan “kepercayaan diri” terhadap atau untuk mengandalkan hasil pertanian sehingga sebagian dari para petani itu menjual sawah-sawahnya dan beralih kepada usaha dagang atau jasa, sementara para buruh tani berpindah orientasi kerja menjadi buruh lepas, menjadi buruh pabrik, atau migrasi ke kota. Kalau dihitung secara statistik, penduduk usia muda yang meninggalkan desa dan mengadu nasib ke kota-kota besar, jumlahnya sangat besar dan secara hepotesis akan semakin membengkak tajam.(Bandingkan pada Gunawan dan Erwidodo, 1993). Sementara itu, dalam dunia perdagangan, tidak berkembang. Kondisi ini akan melahirkan berbagai dampak, positif dan negatif.
Di antara dampak yang positif dari migrasi ke kota ialah munculnya inspirasi-inspirasi baru karena bertambahnya wawasan perkotaan, budaya-budaya kota seperti yang dicirikhasi oleh kesungguhan, kompetisi, dan individualistik sehingga berani memulai usaha-usaha baru. Keberhasilan para pengrajin ukir Jepara misalnya (lihat Thohir, 1991), banyak dipengaruhi oleh pengalaman menjadi buruh atau pekerja di kota besar seperti Jakarta. Sedang dampak yang negatif dari kondisi terutama perubahan kerja dan migrasi (urbanisasi) antara lain adalah desa banyak ditinggalkan oleh penduduk yang berpotensi, sehingga penduduk yang tinggal di desa adalah mereka yang berusia tua dan anak-anak muda yang kurang kreatif. Lebih lanjut dari itu, lahan-lahan sawah produktif dan kekayaan laut, belum bisa menarik minat mereka untuk memanfaatkannya. Kemudian dilihat dari segi keagamaannya, di sebagian daerah Pesisiran, dalam hal ini masyarakat Bangsri Jepara, dalam studi awal penulis (Thohir, 1995; 1997) sulit dikategorikan sebagai bercorak Islam puritan karena penduduk yang beragama Hindu, Kristen, dan Islam, termasuk Islam Abangan, sangat berimbang, sementara itu pilihan pekerjaan sebagian dari penduduk (wanita) desa-desa pesisiran itu relatif banyak yang menjajakan dirinya sebagai wanita penghibur laki-laki dan pekerjaan itu dilakukan di luar desa/daerahnya sendiri (Thohir, 1997).
4. Kebudayaan Pesisir
Kebudayaan Pesisir dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan yang dipunyai dan terjiwai oleh masyarakat Pesisir, yang isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi, untuk mendorong, dan untuk menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukannya. Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaannya operasional dalam hal manusia mengadaptasi diri dengan dan menghadapi lingkungan-lingkungan tertentu (fisik/alam, dan sosial) agar mereka itu dapat melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu kebudayaan juga dinamakan sebagai disain menyeluruh dari kehidupan (lihat Suparlan, 1972; 1997).Penggunaan kebudayaan oleh para pendukungnya dalam kehidupan yang nyata, yaitu bagaimana terwujud dalam tindakan-tindakan sehari-hari dalam kehidupannya sebagai warga masyarakat, terjadi karena adanya pranata-pranata sosial yang dipunyai oleh masyarakat tsb.
Kegiatan ekonomi dan pemilihan pekerjaan bagi masyarakat Pesisir misalnya menjadi petani, nelayan, atau pedagang, dalam perspektif kebudayaan dapat dijelaskan ke dalam konsep hidup, pilihan hidup, pemenuhan kebutuhan hidup, dan pemilihan strategi-strategi dalam kegiatan-kegiatan ekonomi sesuai dengan tingkat-tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh warga masyarakat yang bersangkutan dalam konteks idealisasi sesuai dengan status dan peran yang ingin dijalankan. Apabila hidup dipersepsi atau dinilai sebagai berharga sepanjang ditupang oleh kecukupan ekonomi, untuk menunaikan tugas sosial dan keagamaan, maka “etos kerja” di dalam kebudayaan itu sebetulnya mendapat nilai tinggi. Kalau etos berusaha itu diterapkan pada petani-petani sawah, tetapi dalam kenyataannya pertanian sawah tidak mampu menaikkan taraf kehidupan ekonomi menjadi lebih baik, maka kondisi ini muncul di samping karena teknologi pertaniannya yang masih harus ditingkatkan, juga dari faktor-faktor luaran yang harus dicurigai seperti nilai jual hasil pertanian yang rendah yang tidak seimbang dengan harga-harga barang di luar pertanian, sehingga pendapatan petani hampir selalu tidak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar apalagi pemilikan sawah rata-rata sempit. Jadi, kendatipun bertani memiliki nilai positif dalam kebudayaan, tetapi kalau hasil riil dari pertanian tidak dapat diandalkan, maka dunia pertanian lama-kelamaan akan cenderung ditinggalkan oleh sebagian warga masyarakat yang bersangkutan.
Lain halnya dengan kekayaan laut. Kekayaan yang ada dalam laut (Jawa), hanya sebagian kecil saja dari penduduk masyarakat Pesisir yang berusaha mengaisnya, itupun dalam usaha-usaha kecil seperti kaum nelayan tradisional. Kondisi ini dalam perspektif kebudayaan dapat dijelaskan bahwa konsep laut dan melaut bagi umumnya masyarakat Jawa Pesisir belum mendarahdaging, tidak sebagaimana konsep sawah dan pertanian. Oleh karena belum mendarahdaging — di samping juga gambaran mengenai melakukan kegiatan di laut penuh risiko — sementara gambaran mengenai kondisi kehidupan nelayan masih buram — maka dalam proses sosialisasi dan selama dalam pendidikan — belum ada upaya-upaya untuk diorientasikan kepada kecintaan kepada laut, baik mengenai pengetahuan kelautan, pemanfaatan kekayaan laut, maupun teknologi kelautan. Terabaikannya kondisi ini mengakibatkan semangat untuk mencintai dan menjadi bangga sebagai pelaut, serta kesungguhannya untuk dapat memanfaatkan kekayaan laut, sangat berkurang. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah seharusnya bertanggungjawab, dalam arti perlu melakukan promosi besar-besaran dan terencana, seperti menggali kembali sastra-sastra lama yang berkaitan dengan laut untuk dijadikan bahan bacaan anak didik, membuat film-film yang dapat menggugah kecintaan dan kebanggaan sebagai pelaut, menkonsentrasikan pendirian lembaga-lembaga pendidikan kelautan di berbagai daerah setingkat kabupaten, sampai pada kegiatan terencana lain yang dapat mempercepat kecintaan dan kesanggupan untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan laut.
5. Model Kajian Kebudayaan
Kajian mengenai masalah-masalah sosial ekonomi, dan sosial budaya dalam konteks pembangunan masyarakat, hingga dewasa ini masih banyak dilakukan dalam bentuk kajian-kajian makro, seperti yang terwujud dalam penelitian-penelitian survei. Model kajian demikian ini memang bermanfaat terutama untuk melihat secara cepat faktor-faktor penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Hanya saja, penelitian-penelitian demikian, sering tidak mampu melihat permasalahan secara holistik, di samping ukuran yang digunakan untuk melihat dan menilai permasalahan-permasalahan yang muncul umumnya tidak menggunakan ukuran-ukuran dari kebudayaan masyarakat yang dipelajari.
Untuk lebih mengarah kepada pemahaman permasalahan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, dalam kerangka peningkatan taraf kesejahteraan kehidupan masyarakat, dibutuhkan kaji lanjut dalam bentuk yang lebih memusatkan perhatian kepada pemahaman atau pengertian (understanding) dengan menggunakan perspektif emik. Dalam perspektif emik itu, masyarakat tidak dijadikan objek tetapi justru dijadikan subjek. Artinya, mereka perlu dilibatkan untuk bersama-sama memahami permasalahan, menganalisis mengapa permasalahan itu muncul, dan alternatif-alternatif pemecahan apa saja yang bisa ditawarkan.
6. Penutup
Corak ragam masyarakat pesisir, dewasa ini sudah mengalami berbagai perubahan. Kehidupan laut, tidak lagi menjadi kebanggaannya. Dunia usaha cenderung ditinggalkan. Dunia pertanian, kurang lagi diminati. Kecenderungan umum, terutama di kalangan para generasi mudanya, lebih tertarik masuk ke sektor jasa, sebagai buruh, atau karyawan. Kecenderungan perubahan seperti itu, tentu saja tidak datang secara tiba-tiba. Tetapi yang jelas, kecenderungan untuk atau terpaksa menjadi buruh, akan semakin menjauhkan dari mentalitas dasar orang pesisiran yaitu: berani, suka menghadapi tantangan, dan hidup merdeka, dalam arti menjadi juragan di daerahnya. Kalau tidak, merantau adalah jalan terbaiknya.
Untuk mengembalikan mentalitas seperti itu, apa lalu yang bisa kita lakukan? Inilah tugas kita.

http://staff.undip.ac.id/sastra/mudjahirin/2009/03/05/sosiologi-pedesaan/ diunduh 31 dsember 2011 bsk uda tahun baru rek,hahahah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sejarah microsoft office

Microsoft Office, sesuai dengan namanya, software ini diproduksi oleh perusahaan raksasa bernama Microsoft. Microsoft office pertama kali diperkenalkan pada tahun 1989. Wah sudah lama banget ya . Apakah pada saat itu MS Office (disingkat saja) sudah seperti sekarang? Nah mari kita bahas dalam postingan kali ini. Pada kesempatan kali ini saya hanya akan menuliskan perkembangan Office di Sistem Operasi Windows.

Perkembangan Microsoft Office :

Microsoft Office 3.0. Ternyata yang pertama dirilis adalah versi 3.0. Pada versi ini hanya tersedia untuk OS Windows.

Microsoft Office 4.0. Dirilis pada tahun 1994. Berisi Word 6.0, Excel 5.0, PowerPoint 4.0, Mail and Access.

Microsoft Office 4.3. Seri ini merupakan seri dengan 16-bit yang terakhir dan juga versi terakhir yang mendukung Windows 3.x, Windows NT 3.1 dan Windows NT 3.5

Microsoft Office 95.Atau juga dikenal dengan versi 7.0. Versi ini menggunakan 32-bit agar cocok dengan Windows 95. Office 95 tersedia dalam dua versi, Office 95 Standard dan Office 95 Professional. Yang versi standar terdiri dari Word 7.0, Excel 7.0, PowerPoint 7.0 dan Schedule+7.0. Versi professional terdiri dari semua yang ada di standar ditambah dengan Access 7.0.

Microsoft Office 97. (Office 8.0), Versi ini dirilis dengan banyak fitur dan pengembangan dibandingkan versi sebelumnya. Pengenalan terhadap command bar, sesuatu hal yang baru dimana menu dan toolbar dibuat lebih mirip dengan visual design-nya. Office 97 juga memiliki fitur Natural Language System dan Sophisticated Grammar Checking. Ini versi yang pertama kalinya menggunakan Office Assistant.

Microsoft Office 2000. (Office 9.0) Pada versi ini bayak opsi - opsi disembunyikan. Tentunya opsi tersebut juga penting, tetapi kecil penggunaannya oleh orang awam. Jika ingin digunakan opsi ini dapat dimunculkan. Salah satunya adalah Macro. Mengapa disembunyikan? Karena bisa menyebarkan virus macro. Office 2000 adalah versi terakhir yang bisa dijalankan di Windows 95. Pada versi ini juga tidak ada Product Activation. Enak kan? Product activation mulai ada di versi selanjutnya.

Microsoft Office XP. Bisa disebut sebagai versi 10.0 atau office 2002, merupakan upgrade besar - besaran dengan banyak perkembangan dan perubahan. Office XP mengenalkan fitur Safe Mode. Memungkinkan aplikasi contohnya Outlook untuk bisa booting ketika terjadi kesalahan. Safe mode memungkinkan Office untuk mendeteksi, membetulkan atau mem-bypass sumber dari permasalahan system, seperti registry yang corrupt. Lalu adanya fitur Smart Tag yang memungkinkan mengingatkan user bila ada pengetikan yang salah ejaan. Tetapi pada Office ini Smart Tag hanya bisa dijalankan di Word dan Excel. Office XP juga terintegrasi dengan perintah suara dan pendiktean kata, sebaik mungkin seperti penulisan tangan. Di versi ini ada product activation. Office XP mendukung Windows 98, ME, NT 4.0. Office XP juga dikenal sebagai yang pertama untuk versi Office yang bisa berjalan baik di OS Vista.

Microsoft Office 2003. (Office 11.0). Sesuai namanya, versi ini dirilis pada tahun 2003. Dengan fitur logo baru. Dua aplikasi baru juga ada yaitu, Microsoft InfoPath dan OneNote. Ini versi yang pertama kalinya menggunakan gaya Windows XP beserta Icon-nya. Outlook 2003 memberikan fungsi yang telah berkembang seperti Kerberos authentication, RPC over HTTP, dan Cached Exchange Mode. Pada versi ini juga ada penyaring junk mail yang telah dikembangkan. Office 2003 merupakan versi terakhir yang mendukung Windows 2000. Versi ini juga merupakan versi yang paling banyak dipakai di Indonesia terutama untuk Rental dan Warnet dalam kurun waktu terakhir 2009.

Microsoft Office 2007. (Office 12.0). Versi ini dirilis tahun 2007. Memiliki fitur baru. Juga adanya Groove, sebuah aplikasi kolaborasi. Office 2007 memiliki design tampilan baru yang bernama Fluen User Interface. Lalu adanya Ribbon UI sebagai pengganti menu dan toolbar. Untuk penginstallannya membutuhkan minimal Windows XP SP 2. Pada tahun 2009 Office ini sudah banyak dipakai sekarang dan mulai menggeser kedudukan Office 2003. Indonesia memang agak lambat untuk menyesuaikan diri dengan adanya peningkatan teknologi.

Microsoft Office 2010. (Office 14.0). Untuk sekarang sedang dalam perkembangan. Kemungkinan dirilis adalah pada tahun 2010. Versi 13.0 dilewati karena adanya takhayul terhadap nomor 13!

Berdasarkan Peneliti Forrester, sampai bulan Juni 2009, beberapa versi dari MS office digunakan di 80% dari jumlah perusahaan yang ada.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebuah Masa Depan untuk harimau
New study charts how wild tiger numbers could double by
cadangan macan Asia dapat mendukung lebih dari 10.000 harimau liar-tiga kali arus estimasi-jika mereka dikelola sebagai pemandangan skala besar yang melindungi tempat-tempat pembiakan inti dan manfaat bagi masyarakat lokal, menurut para ilmuwan terkemuka di dunia konservasi di suatu studi baru yang diterbitkan pada tanggal 25. Berita ini positif menunjukkan bahwa menggandakan jumlah harimau di alam adalah layak.
"Di tengah krisis, itu menggoda untuk lingkaran wagon dan hanya melindungi sejumlah kawasan lindung inti, tetapi kita dapat dan harus berbuat lebih baik," kata Dr Eric Dinerstein , Kepala Ilmuwan di WWF dan co-penulis penelitian."Kami benar-benar perlu untuk menghentikan pendarahan, perburuan harimau dan mangsanya di daerah peternakan inti, tapi kita harus pergi lebih jauh dan aman lanskap harimau yang lebih besar sebelum terlambat."


© naturepl.com/Edwin Giesbers / WWF © naturepl.com / Edwin Giesbers WWF /
.jumlah harimau liar telah menolak untuk sesedikit 3.200 100.000 saat ini dibandingkan dengan abad yang lalu, karena perburuan harimau dan mangsanya, perusakan habitat dan konflik manusia-harimau. "A Lansekap Konservasi Berbasis Strategi Double Wild Populasi Harimau" di edisi terbaru Konservasi Surat memberikan penilaian pertama dari komitmen politik dilakukan oleh semua 13 negara rentang harimau di bulan November harimau KTT bersejarah untuk melipatgandakan populasi harimau di seluruh Asia pada tahun 2022. Studi ini menemukan bahwa 20 lanskap konservasi harimau prioritas dengan probabilitas tertinggi kelangsungan hidup harimau jangka panjang bisa mendukung lebih dari 10.500 harimau, termasuk sekitar 3.400 perempuan berkembang biak.
. "Konservasi Harimau adalah wajah konservasi keanekaragaman hayati dan kompeten berkelanjutan manajemen penggunaan lahan pada tingkat lansekap," kata rekan penulis studi Dr John Seidensticker dari Smithsonian Institute Biologi Konservasi. "Dengan menyimpan harimau kita menyimpan semua tumbuhan dan hewan yang hidup di bawah payung harimau."
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa proyek-proyek infrastruktur besar seperti bendungan, jalan dan tambang akan mengancam lanskap harimau di dekade berikutnya.. Namun, penyaluran pendapatan untuk masyarakat dari pariwisata satwa liar, pengelolaan hutan di koridor dan zona penyangga, dan kredit karbon produktif akan memberikan peluang-peluang baru.
."Tanpa tekanan pengimbang yang kuat, keuntungan ekonomi jangka-pendek pasti akan mengalahkan perlindungan ekosistem penting yang dibutuhkan untuk pembangunan berkelanjutan," kata Keshav Varma, Direktur Program Global Tiger Initiative di Bank Dunia.
Penelitian ini panggilan untuk pengarusutamaan konservasi satwa liar bergeser ke upaya baik yang didanai untuk melindungi wilayah inti dan lanskap yang lebih besar, tugas menantang yang membutuhkan inovasi melalui pengaturan yang bermanfaat bagi masyarakat pedesaan yang tinggal di lanskap. Negara-negara seperti Nepal sudah melihat dekat membangun aliansi dan kemitraan untuk pengelolaan lanskap yang lebih baik yang menguntungkan baik orang dan harimau. "Setelah St Petersburg Deklarasi, Nepal telah berkomitmen untuk tujuan dua kali lipat jumlah harimau liar di seluruh negara kita pada tahun 2022," kata Deepak Bohara, Nepal Menteri Hutan dan Konservasi Tanah. "Analisis ini menunjukkan bahwa hal itu dapat dilakukan, tidak hanya di Nepal, tetapi, jika dilakukan dengan benar dengan studi yang cermat dan perencanaan, di kisaran seluruh harimau. Hal ini juga patut dicatat bahwa konservasi harimau menyediakan kredit karbon, melindungi sumber daya air, dan melengkapi upaya-upaya pengembangan masyarakat demikian,. penting untuk mempromosikan kerjasama regional untuk menjaga koridor harimau sehat antara cadangan yang berbeda. "

Harimau
Overview Ikhtisar
Possibly as few as 3,200 left in the wild Mungkin sedikitnya 3.200 tersisa di alam liar
Facts & Figures Fakta & Angka
• Harimau ditemukan di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Cina, India, Indonesia (Sumatra), Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia (Far East), Thailand dan Vietnam. peta Lihat
• 6 subspesies harimau hidup adalah: Amur, Bengal, Indocina, Malaya, Cina Selatan dan Sumatra.
• The Bali, Caspian and Javan tiger subspecies have all become extinct. Bali, Kaspia dan harimau Jawa subspesies semua menjadi punah.
• . jumlah harimau liar turun sekitar 95% selama 100 tahun terakhir.
• Harimau bertahan di daerah 40% kurang dari yang mereka menempati satu dekade yang lalu.
Harimau adalah yang terbesar dari semua kucing besar Asia, di rantai makanan bagian atas, dan adalah salah satu hewan budaya paling penting dan indah di planet ini. Namun, mereka juga antara rentan dan spesies yang paling terancam di Bumi.
Selama lebih dari satu juta tahun, "King of the Jungle" lorded atas wilayah yang membentang dari Turki timur ke Timur Jauh Rusia, dengan rumah yang memanjang ke Siberia utara dan selatan ke Bali. Tetapi pada akhir abad lalu, Bali, Jawa dan harimau Caspian yang punah. Tragisnya, enam subspesies yang tersisa risiko nasib sama dengan Jawa dan Caspian karena perdagangan satwa liar, perburuan, dan konflik dengan orang-orang.
Jika kita tidak menanggapi nasib harimau liar dan kebutuhan masyarakat yang berbagi rumah mereka dengan daerah satwa liar harimau-sebagian besar yang berada di luar dilindungi - kita akan menyaksikan hilangnya salah satu keajaiban yang paling tak tergantikan di dunia alami seumur hidup kita .
Subspecies Bagian jenis
Tiga subspesies harimau - Bali, Jawa, dan Caspian - telah punah dalam 70 tahun terakhir. Enam subspesies yang tersisa - Amur, Bengal, Indocina, Malaya, Cina Selatan, dan Sumatra - hidup hanya di Asia, dan semua terancam oleh perburuan dan hilangnya habitat.

Amur (Siberian) Tiger Amur (Siberia) Tiger
Nama ilmiah: Panthera tigris altaica
Listing IUCN: Endangered
Habitat: Pohon jenis konifera, scrub oak, dan hutan birch
: Terutama Rusia timur, dengan sedikit ditemukan di Cina timur laut
Fakta Menarik: Pada tahun 1940-an harimau Amur berada di ambang kepunahan, dengan tidak lebih dari 40 harimau yang tersisa di alam liar. Berkat kuat anti-perburuan dan upaya konservasi lain oleh Rusia dengan dukungan dari mitra, termasuk WWF, populasi harimau Amur pulih dan tetap stabil sepanjang dekade terakhir.

Bengal (Indian) Tiger Bengal (India) Tiger
Nama ilmiah: Panthera tigris tigris
Listing IUCN: Endangered

Habitat: kering dan gugur hutan basah, padang rumput dan hutan subtropis, hutan mangrove
. Lokasi: Bangladesh, Bhutan, Cina, India, Myanmar dan Nepal. India adalah rumah bagi penduduk terbesar.
Interesting Fact: Some Bengal tigers are cream or white in color instead of orange, due to a recessive gene for this coloration. Fakta Menarik: Beberapa harimau Bengal yang krim atau berwarna putih, bukan oranye, karena gen resesif untuk warna ini. Ini "putih" harimau jarang ditemukan di alam liar.

Indochinese Tiger Indochinese Tiger
Nama ilmiah: Panthera tigris corbetti
Listing IUCN: Endangered
Habitat: hutan Remote di perbukitan untuk daerah pegunungan, yang sebagian besar terletak di sepanjang perbatasan antar negara
Lokasi: luas tersebar di seluruh enam negara: Thailand, Kamboja, Cina, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Fakta Menarik: Akses ke daerah-daerah di mana harimau Indocina hidup sering dibatasi, dan ahli biologi hanya baru-baru ini telah diberikan izin terbatas untuk survei lapangan.. Akibatnya, relatif sedikit yang diketahui tentang status ini harimau di alam liar.

Malayan Tiger Malayan Tiger
Nama ilmiah: Panthera tigris jacksoni
Listing IUCN: Endangered
Habitat: hutan tropis dan subtropis berdaun lebar lembab
Lokasi: ujung selatan Thailand dan Semenanjung Malaysia
Fakta Menarik: Harimau Malaya hanya diidentifikasi sebagai subspesies terpisah dari harimau Indocina tahun 2004. It is .Hal ini sangat mirip dengan harimau Indocina, tetapi lebih kecil dalam ukuran.

South China Tiger Harimau Cina Selatan
Nama ilmiah: Panthera tigris amoyensis
IUCN Listing: Kritis
Habitat: pegunungan tropis hutan cemara sub-
Lokasi: Tengah dan Cina timur
Fakta Menarik: Diperkirakan bahwa harimau Cina Selatan punah secara fungsional.Saat ini 47 harimau Cina Selatan hidup di 18 kebun binatang, semua di Cina.. Jika ada harimau Cina Selatan di alam, beberapa individu-individu ini akan ditemukan di tenggara Cina, dekat dengan perbatasan provinsi.

Sumatran Tiger Harimau Sumatera
Nama ilmiah: Panthera tigris sumatrae
IUCN Listing: Kritis
Habitat: hutan pegunungan, blok sisa hutan dataran rendah di pulau itu, rawa gambut, dan hutan rawa air tawar
Lokasi: Khusus di pulau Sumatera Indonesia
Fakta Menarik: harimau sumatera dilindungi oleh hukum di Indonesia, dengan ketentuan sulit bagi waktu penjara dan denda curam.. Meskipun upaya peningkatan konservasi harimau, termasuk penegakan hukum dan anti-perburuan kapasitas, pasar yang besar tetap berada di Sumatera bagian harimau dan produk.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS